Sejarah Kurikulum pada Era Zaman Belanda (Zaman VOC dan Hindia Belanda)

 kurikulum pada Era Zaman Belanda (Zaman VOC dan Hindia Belanda)


Pada zaman kolonial pemeritah  Belanda menyediakan sekolah yang  beraneka ragam bagi orang indonesia untuk  memenuhi kebutuhan berbagai lapisan  masyarakat. Pendidikan pada masa Belanda  dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)  periode besar, yaitu pada masa VOC  (Vereenigde Oost-indische Compagnie)  dan masa pemerintahan Hindia Belanda  setelah VOC (Nederlands Indie).

1. Zaman VOC

   Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Belanda yang bergabung dalam badan perdangan VOC, menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Dengan itulah sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol.   

  Sekolah pertama di Ambon didirikan oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Salah satu alasan tidak ada susunan persekolahan dan gereja di Pulau Jawa karena Pulau Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Pada tahun 1617 sekolah pertama didirikan di Jakarta, lima tahun kemudia pada 1622 sekolah itu mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Sekolah ini memiliki tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang cakap sehingga dapat dipekerjakan di administrasi dan gereja pada pemerintahan. Bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar hingga tahun 1786. Pendidikan kejuruan mulai muncul sejak abad ke-19 dan pada abad ke-20 muncul golongan baru yaitu golongan cerdik, pandai yang mendapat pendidikan Barat, namun golongan ini tidak mendapat tempat dan perlakuan wajar dalam masyarakat kolonial. Partai yang timbul sesudah tahun 1908 ada yang berdasarkan Sarekat Islam, berdasarkan sosial seperti Muhamadiyah, ada pula berdasarkan asas kebangsaan seperti Indische Partij. Indische Partij merupakan pergerakan yang pertama kali merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang berarti “Indonesia Merdeka” dan diambil alih oleh PNI (1928).

2. Zaman Pemerintahan Hindia  Belanda Setelah VOC

   Setelah VOC dibubarkan, para  Gubernur atau Komisaris jendral harus  memulai sistem pendidikan dari dasarnya,  karena pendidikan zaman VOC berakhir  dengan kegagalan total. Pemerintah baru  yang diresapi oleh ide-ide liberal aliran  aufklarung atau Enlightenment menrauh  kepercayaan akan pendidikan sebagai alat  untuk mencapai kemajuan ekonmi dan  sosial. Pada tahun 1808 Deandels seorang  Gubernur Belana mendapat perintah Raja  Lodewijk untuk meringankan nasib rakyat  jelata dan orang-orang pribumi poetra,  sertamelenyapkan perdagangan budak.  Usaha Deandels tersebut tidak berhasil,  bahkan menambah penderitaan rakyat,  karena ia mengadakan dan mewajibkan  kerja paksa (rodi).

Didalam lapangan pendidikan  Deandels memerintahkan kepada bupati bupati di pulau Jawa agar mendirikan  sekolah atas usaha biaya sendiri untuk  mendidik anak-anak mematuhi adat dan  kebiasaan sendiri. Kemudian Deandels  mendirikan sekolah bidan di Jakarta dan  sekolah ronggengg di Cirebon. Tahun  1826 lapangan pendidikan dan pengajaran  terganggu oleh adanya usaha-usaha  penghematan. Sekolah-seolah yang ada  hanya bagi anak-anak Indonesia yang  memeluk agama Nasrani. Alasannya yaitu  karena adanya kesulitan financial yang  berat yang dihadapi oleh orang Belanda  sebagai akibat perang Diponegoro (1825- 1830) yang mahal dan menelan banyak  korban serta peperangan antara Belanda  dan Belgia (1830-1839).

Pada tahun 1893 timbul differensiasi  pengajaran bumi poetra. Hal tersebut  disebabkan :

a. Hasil sekolah-sekolah bumi poetra  kurang memuaskan pemerintah  kolonial. Hal ini terutama sekali  disebakan karena isi rencana  pelaksanaanya terlalu padat.

b. Dikalnagan pemerintah mulai timbul  perhatian pada rakyat jelata. Mereka  insyaf bahwa yang harus mendapat  pengajaran itu bukan hanya lapisan  atas saja.

c. Adanya kenyataan bahwa masyarakat  Indonesia mempunyai kedua  kebutuhan dilapangan pendidikan  yaitu lapisan atas dan lapisan bawah.


3. Pengaruh dan Perkembangan Pendidikan Zaman Belanda terhadap Indonesia

  Pendidikan zaman Penjajahan Belanda bisa dikatakan adalah salah satu pondasi berbagai sistem yang berlaku di Indonesia.  Dari sekian banyak sistem yang ditinggalkan Belanda di Indonesia, salah satu adalah pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan pendidikan bisa dikatakan salah satu poin penting dalam pembangunan negara dan peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Sistem pendidikan yang baik sedikit banyak akan dapat meningkatkan, apalagi jika dijalankan dengan semestinya.                                                                                           

  Perkembangan pendidikan di Indonesia menjadi lebih progresif ketika memasuki tahun 1900, yakni era Ratu Juliana berkuasa di kerajaan Belanda. Van Deventer yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda menerapkan politik etis (Etische Politiek) pada tahun 1899 dengan motto “de Eereschuld” (hutang kehormatan) Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut: 

(1) Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan. 

(2) Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan. 

(3) Pendidikan tinggi.                                                                                                              

  Mereka yang hanya sekolah sampai di Volkschool atau Sekolah Rakyat juga cukup beruntung. Ketika Indonesia Merdeka di tahun 1945, seperti tercatat dalam buku Haji Agus Salim (1884-1954): Tentang Perang, Jihad, dan Pluralisme (2004), angka buta huruf masih 90 persen. Sekolah hanya bisa dinikmati 10 persen penduduk saja. Sedangkan lulusan HIS biasanya melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setara SMP, lalu dari MULO yang masa belajar tiga tahun akan berlanjut ke Algemeene Middelbare School (AMS) atau setara SMA selama tiga tahun. Lulusan sekolah ELS boleh lanjut ke HBS, di mana masarakat menjalani sekolah menengah selama lima tahun, hanya butuh waktu 12 tahun sekolah dan Jika melalui HIS, MULO lalu AMS, butuh waktu 13 tahun.                                                   

  Setelah lulus SMA baik AMS maupun HBS, mereka boleh masuk universitas di Belanda atau melanjutkan ke sekolah tinggi kedokteran bernama School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) yang dikenal juga sebagai Sekolah Dokter Jawa di Kwitang yang kemudian berubah jadi Geeneskundig Hoge School di Salemba. Selain sekolah kedokteran, di Betawi ada sekolah hukum bernama Recht Hoge School. Kampus hukum dan kedokteran kolonial itu belakangan menjadi fakultas-fakultas dari Universitas Indonesia. Ada juga sekolah pertanian atau Landbouw School di Bogor yang belakangan jadi Institut Pertanian Bogor (IPB). Di bidang teknik ada Technik Hoge School di Bandung yang sekarang adalah Institut Teknologi Bandung (ITB).  Sedangkan dalam hal karier orang pribumi dihambat ketika masuk dunia kerja, baik di swasta maupun pemerintahan. Karena banyak pribumi yang masuk HIS atau ELS di usia lebih dari 7 tahun alias telat sekolah, maka kesempatan kerja lulusan SMA pribumi berkurang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah sepak bola

bela diri jeet kune do